iklan

iklan

Senin, 11 Desember 2023

Kisah Komandan Ahmad, Memanusiakan Manusia Meski Sudah Jadi Mayat

 

Palang Merah Indonesia (PMI) Grobogan memiliki 78-an sukarelawan yang tergabung dalam Korps Sukarela (KSR) yang siaga dalam penanganan evakuasi jenazah dalam berbagai musibah. Mereka hadir untuk memanusiakan manusia meskipun sudah menjadi mayat atau jenazah.

Seperti yang dilakukan Ahmad Dulrokhim, 24, salah seorang anggota KSR PMI Grobogan. Kesehariannya, laki-laki yang akrab disapa Dulrokhim bergelut dengan dunia pertolongan pertama.

Pemuda asal Dukuh Tanjungan, Desa Ngembak, Purwodadi, Grobogan, aktif sebagai sukarelawan PMI sejak 2012 lalu. Sebelum menjadi sukarelawan, Dulrokhim sudah mendapatkan bekal berupa pelatihan-pelatihan untuk menjadi bagian dari KSR PMI.


“Menjadi sukarelawan itu harus niat, yakni niat untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongan dengan ikhlas tanpa harapan imbalan apa pun. Pengalaman saya menjadi sukarelawan PMI sedikit banyak membuat saya mengerti arti kemanusiaan dalam memanusiakan manusia meskipun sudah menjadi mayat dalam musibah bencana alam atau kecelakaan,” ujar Dul saat berbincang dengan mapag.com lewat Whatsapp, Minggu (10/12/2023).

Setiap 26 Desember, Hari Sukarelawan PMI diperingati. Di Grobogan tidak ada acara khusus untuk memeringati Hari Sukarelawan PMI itu.

Dulrokhim dan teman-temannya pun beraktivitas seperti biasa. Dulrokhim berkisah tentang beberapa pengalamannya saat evakuasi korban meninggal dunia.



Dul sering kali mengevakuasi korban kecelakaan lalu lintas dengan kondisi korban yang masih utuh maupun korban yang sudah tidak utuh tetapi menjadi bagian-bagian organ tubuh yang tercecer, seperti kecelakaan kereta api (KA).

“Bukan hanya itu. Mengevakuasi jenazah yang meninggal dunia beberapa hari pun harus dilakukan, bahkan ada korban yang tinggal kerangka saja. Kami mengevakuasi jenazah itu dengan SOP [standar operasional prosedur] yang sudah dimiliki sejak awal menjadi sukarelawan. Apa pun bentuk dan kondisi jenazah, kami harus memperlakukan jenazah dengan baik, dengan etika, sebagai bentuk penghormatan memanusiakan manusia,” jelas Dul.

Ia masih ingat saat evakuasi korban kecelakaan lalu lintas dengan jumlah korban tiga orang yang masih di dalam kendaraan dan dalam kondisi terjepit. Dul harus mengevakuasi tiga orang yang sudah meninggal dunia itu tetapi juga harus berpikir untuk keselamatannya sendiri. Ia harus memastikan kendaraan yang ringsek itu tersebut dalam keadaan aman saat dilakukan evakuasi jenazah.

“Penguasaan mental dalam menolong jenazah itu berpengaruh. Belum lagi ketika dihadapkan pada kondisi bencana alam, kami harus siap secara fisik dan mental. Menjadi sukarelawan itu adalah kepuasan, yakni kepuasan dalam diri bahwa kita bisa membantu orang lain dan membuat orang lain tersenyum. Menjadi sukarelawan itu pengabdian kepada kemanusiaan,” katanya.



0 comments:

Posting Komentar