|
Add caption |
Semakin meningkatnya
jumlah penduduk di Indonesia meningkat pula keperluan air bersih untuk
keperluan sehari-hari. Namun hingga sekarang belum semua masyarakat dapat
menikmati air bersih secara layak, karena belum semua warga memiliki saluran
air bersih. Kemampuan penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari bagi
manusia adalah hal yang sangat penting, Air, tanah dan manusia adalah hal
yang tidak dapat dipisahkan.
Ketersediaan air
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari merupakan masalah yang cukup pelik, baik
pada musim penghujan maupun musim kemarau, warga memperoleh air bersih dari
mata air yang dialirkan ke warung air, dan warga memperoleh dengan membeli air.
Hal ini karena kondisi fisik wilayahnya berupa perbukitan dengan batuan yang
keras, batu padas, sehingga tidak mudah bagi penduduk untuk membuat sumur.
Selain itu air sering kali mengandung bakteri/ mikro organisme lainnya. Air
yang mengandung bakteri/ mikro organisme tidak dapat langsung digunakan sebagai
air minum, tetapi harus direbus dahulu. Pada batas tertentu air minum
diharapkan mengandung mineral agar terasa segar pada waktu di minum.
Air bersih adalah air
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak terlebih dahulu
(DepKes RI, 2002). Peningkatan kuantitas air adalah syarat kedua setelah
kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang meningkat pula kebutuhan
air dari masyarakat tersebut.
Di musim penghujan
tidak sulit mendapatkan air, terutama buat penduduk yang belum memiliki
jaringan air bersih dari perusahaan air minum daerah setempat atau HIPPAM desa
dan mereka yang memanfaatkan air sumur, terkadang tidak begitu jernih apalagi
bersih, tetapi ada juga sebagian orang yang tinggal diperkotaan ingin
mendapatkan air dari sumur dan pemilihan masyarakat yang agak simple seperti
sumur bor karena tidak memerlukan diameter lubang sumur yang besar seperti
sumur sumur konvensional yang besar dan dalam tapi cuma sebatang pipa yang
menonjol dan di pasang keran air atau dipasang pompa air, inilah yang disebut
sumur bor,
Sumur yang dihasilkan
dengan jalan memasukan pipa kedalam tanah dan mata bor pada titik titik
tertentu yang dianggap memiliki sumber mata air. Kegagalan sering terjadi tidak
ditemukannya sumber mata air artinya pipa tidak menyemburkan air ketas walau
kedalaman pipa yang dimasukan kedalam bumi / tanah sudah lumayan dalam mungkin
15 meter atau 20 meter dan bahkan lebih dalam dari 50 meter. Untuk membuat
sumur yang baik secara kesehatan dan sanitasinta perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini:
·
Pemilihan
lokasi sumur yang baik
1. Tidak berdekatan dengan wc /
toilet / kamar mandi agar tidak terjadi kontaminasi saluran pembuangan dengan
jaringan sumur air tanah. Jarak yang tepat untuk memisahkan antara lubang sumur
air yang akan dibuat dengan toilet yang terdekat adalah minimal 5 meter jika
tanah di sekitar lokasi adalah tanah liat dan minimal 10 – 20 meter jika
tanahnya berpasir.
2. Konstruksi sumur air yang
sesuai standar kesehatan
3. Membuat dinding tembok bagian
atas pada jarak 3 meter dari permukaan tanah agar tidak terjadi perembesan air
dari permukaan tanah yang akan merusak dan mengkontaminasi kualitas air bersih.
4. Pada bagian atas sumur
konvensional/sumur bor diberi tutup supaya tidak kemasukan kotoran yang bisa
merusak air yang bersih menjadi kotor.
5. Gunakan kaporit sebagai
disinfektan dengan takaran dosis 1 gram per 100 liter untuk membunuh kuman dan
bakteri yang merugikan kesehatan tubuh kita jika menggunakan ember atau timba
Air tanah merupakan
air tawar yang biasanya terletak di dalam pori-pori antara bebatuan dalam dan
tanah. Air tanah mempunyai simpanan yang lebih besar dibandingkan dengan air
permukaan. Input dari air tanah biasanya berasal dari tangkapan air hujan sedangkan
untuk outputnya berupa mata air, air tanah yang tersimpan sekaligus mengalir
dalam suatu wadah yang kedap (permeable) yang disebut akuifer, yaitu suatu unit
geologi yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah tertentu. Akuifer
pada umumnya adalah pasir dan kerikil yang tidak padu (unconsolidated matrial),
serta batuan sedimen poros seperti batuan pasir, batuan vulkanik yang telah
lapuk dengan banyak retakkan pun dapat diklasifikasikan sebagai akuifer.
Berikut ada tips sederhana dari orang orang yang biasa bergelut pada pekerjaan
membuat sumur bor, mereka menggunakan teknik analisa lapangan dahulu sebelum
melakukan pengeboran. Teknik sederhana ini mudah di lakukan oleh siapapun, dan
salah satu tips alami tanpa menggunkan teknologi yang canggih.
·
Teknik menentukan
titik sumber mata air sumur bor dengan menggunakan garam
Garam tidak harus garam beryodium, garamnya ditaburkan de lokasi di sekitar
lahan tanah yang di indikasi memiliki sumber mata air. Kira – kira jam 7
atau jam 8 malam letakanlah 1 – 2 genggam garam dan tutup rapat dengan kaleng
bekas susu yang sebagian sisinya terbuka dan bagian sisinya tertutup. Pada
tempat yang akan digali atau di bor. kemudian pada pagi harinya silahkan
lihat garam tersebut, jika habis atau tinggal sedikit berarti pada titik tsb
ada sumber airnya. Jika perlu taruhlah garam dan kaleng tersebut pada
beberapa titik sekaligus dan lihatlah pada titik mana yang garamnya paling
sedikit.
·
Tehnik daun
pisang/daun keladi/tempurung kelapa menentukan titik sumber mata air bor.
Teknik ini adalah uji kelembapan pada daerah yang di duga memiliki sumber air
di dalam tanah, teknik ini sederhana dan bukan Teknik mbah dukun yang seperti
dugaan masyarakat selama ini, caranya adalah ambillah beberapa lembar daun pisang
dan taruhlah pada beberapa titik yang akan di bor atau digali pada sekita jam 9
atau jam 10 malam, pagi harinya silahkan lihat embun yang menempel pada daun
pisang tersebut (pada bagian bawah daun tadi), semakin banyak embun yang
menempel semakin banyak debit air bawah tanah tersebut. Namun jika daunnya
tetap kering berarti tidak ada sumber air di bawah daun tersebut jadi harus
dicari lokasi lain sampai tepat.
·
Teknik menggunakan
kawat tembaga (dowsing rods)
Siapkan 2 batang kawat tembaga panjang @50cm diameter 3mm, 2 selang stainless
@10cm diameter dalam 5mm . Kedua kawat dibengkokan 90 derajat dengan pembagian
40 cm dan 10 cm. Bagian kawat 10 cm dimasukan ke selang stainless. Genggam
kedua selang stainless masing-masing dengan tangan kanan dan kiri setinggi
pinggang dengan kedua kepalan tangan dirapat sejajar. Berjalan maju maupun
mundur, dengan posisi mengenggam kedua selang stainless pusatkan perhatian pada
tanah yang dilalui, sambil merasakan gerakan ujung kedua kawat tembaga jika
kedua kawat saling lurus sejajar, petanda tempat tersebut dibawahnya tidak ada
sumber air. Apabila kedua kawat saling menyilang, maka petanda pada titik
tersebut didalam tanah sumber air. Untuk memastikannya, coba mundur beberapa
langkah dan maju beberapa langkah sambil mengenggam kedua selang stainless
untuk memastikan apakah pada titik tersebut posisi kawat akan saling silang.
Langkah berikutnya, jalan dari arah berlawanan untuk memastikan titik tersebut
benar-benar memiliki sumber air. Jika kedua kawat pada titik yang sama
bersilangan, maka kita bisa membuat tanda pada titik tersebut untuk bor,
lakukan hal yang sama beberapa kali untuk memeastikan lokasi sumber air
begitupun hal yang sama pada titik sumber air di lahan yang lain.
|
pencarian di Desa Kandangan Kec.Purwodadi kabupaten Grobogan |
|
SALAH
SATU CARA SEDERHANA MENDETEKSI SUMBER AIR TANAH
Selain cara sederhana
dan cukup dengan bahan – bahan sekitar kita ada pula deteksi sumber air dengan
cara yang lebih modern, dan cara ini menggunaka bahan dan alat yang harus di
operasikan oleh tenaga ahli namun begitu hasil deteksi lebih akurat dan dapat
di andalkan, hasilnyapun mencakup data – data kedalaman sumber air.
Uji ini biasanya di
gunakan untuk pengeboran sumber air yang dapat di konsumsi oleh banyak
pemanfaat air disekitarnya, adapun jenis uji sumber air itu adalah
·
Uji Geolistrik
Uji ini untuk
mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman
sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan
akuifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang
dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akuifer yang diapit oleh lapisan
batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas.
‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga
ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan
cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa
untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas
dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui
perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan. Metoda geolistrik juga
bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan. Hanya saja
metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang lain
untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan
Salah satu tekhnik
untuk menentukan titik pengeboran dengan lokasi yang memiliki cekung air/sumber
air yang banyak (akuifer) adalah dengan metoda Geolistrik. Metoda ini
memerlukan lahan untuk dilakukan survey yang cukup luas untuk mencari cekungan
air (akuifer) di dalam tanah. Dengan menggunakan teknik resistivity maka dapat
ditentukan tahanan yang disesuaikan dengan kontur tanah/jenis batuan yang
merupakan sumber air. Sehingga dapat ditentukan kedalaman yang ideal untuk
mencapai air yang cukup banyak dan kualiatas yang baik. Dikarenakan Peralatan
geolistrik ini cukup mahal, maka setiap pengeboran melakukan survey terlebih
dahulu. Kegiatan survey geolistrik ini bisa memperoleh informasi keadaan tanah
hingga 150 meter. Survey geolistrik ini juga dapat digunakan untuk mengetahui
kandungan mineral lainnya yang terdapat diperut bumi seperti batu andesit,
pasir, bijih besi, batubara, emas dan kandungan mineral lainnya. aat ini
karena peralatan geolistrik semakin baik dengan dukungan peralatan makin
canggih maka jasa survey akan bisa lebih cepat dilaksanakan dan debit kandungan
air dan mineralnya pun dapat bisa dihitung sehingga lebih memudahkan para
pengusaha untuk menghitung RAB dan kemungkinan layak tidaknya suatu lokasi
untuk di eksplorasi kandungan air maupun mineralnya.
ALAT YANG
DIGUNAKAN UNTUK UJI GEOLISTRIK
·
Uji
Geoelektromagnetik – Satelite Scan
Penentuan titik
pengeboran dengan metoda geo electromagnetic satellite scan (metode belah bumi)
lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan peralatan Geolistrik. Karena
metode ini mampu melacak :
1. Lebar Sungai Bawah Tanah
2. Arah Aliran Sungai Bawah Tanah
3. Membaca hingga kedalaman 400 mtr
dibawah tanah
4. Mengetahui Struktur Tanah secara detail
5. Mengetahui frekuensi Aliran Air
tanah
6. Mengetahui kedalaman Jalur Sungai
Bawah Tanah
7. Mengetahui Conductivity Struktur
Tanah
|
Akurasi ketepatan
geolistrik hanya 50% sedangkan Geo Electromagnetic Satellite Scan 90%
Seringkali Clay basah dibaca air oleh peralatan Geolistrik. Geo Electromagnetic
Satellite Scan hanya membaca air yang mengalir di dalam tanah sehingga untuk
pengeboran jarang sekali mengalami air kering setelah proses pengeboran
selesai.
1.1
Umum
Untuk
mengetahui potensi air tanah, dalam hal ini mengetahui letak dan penyebaran
lapisan pembawa air tanah (akuifer), maka perlu dilakukan studi pengukuran
geolistrik tahanan jenis (resistivitas). Hasil pengukuran ini diharapkan dapat
memberikan
informasi potensi air tanah baik dangkal maupun dalam.
1.2
Maksud
dan Tujuan
Maksud
pengukuran geolistrik resistivitas adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui letak dan
kedalaman perlapisan batuan sebagai lapisan pembawa air atau akuifer.
2.
Mengetahui penyebaran
lapisan yang berfungsi sebagai pembawa air atau akuifer, khususnya air tawar di
lokasi eksplorasi dan sekitarnya.
Tujuan
pengukuran geolistrik resistivitas ini adalah menentukan titik rekomendasi
sumur bor dan penggambaran kondisi bawah permukaan titik rekomendasi sumur bor
tersebut.
1.3
Lokasi
Studi Geolistrik
Lokasi
studi geolistrik resistivitas 2D ini terletak di Dusun Geri, Desa Kandangan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
Gambar
1 Peta Lintasan Geolistrik Resistivitas 2D
1.4
Ruang
Lingkup Pekerjaan
Studi
geolistrik resistivitas 2D ini, meliputi:
1.
Orientasi lapangan
serta pengamatan kondisi geologi dan hidrogeologi.
2.
Perencanaan lokasi
lintasan dua dimensi.
3.
Pengukuran
geolistrik.
4.
Pengolahan data dan
interpretasi.
5.
Penyusunan laporan.
Secara
diagram, metodologi penelitian dapat dilihat dalam gambar 2.
Gambar 2 Diagram Alir
Studi Geolistrik Resistivitas 2 Dimensi
1.5
Peralatan
Peralatan
yang digunakan dalam pengukuran geolistrik, meliputi :
1.
Alat tahanan jenis meter
Martiel Geophysics
2.
Kabel arus dan
potensial, @ 2 unit
3.
Elektroda arus dan
potensial, @ 2 unit
4.
Palu geologi
5.
Alat komunikasi HT 8
unit
6.
Global Positioning
System (GPS) Garmin 76 Csx
Gambar
3 Resistivitimeter Model Martiel Geophysics
1.6
Waktu
Pelaksanaan
Akusisi data dilaksanakan pada 30 Januari 2018. Akusisi,
pengolahan, interpretasi data hingga pelaporan studi geolistrik membutuhkan
waktu selama 7 hari.
1.7
Hidrogeologi
Lokasi Eksplorasi
Lokasi eksplorasi didominasi oleh aluvium endapan rawa, terutama terdiri
dari lempung dan pasir halus.
Potensi akuifer termasuk produksi sedang, penyebaran setempat
dengan keterusan rendah sampai sedang. Akuifer dangkal, tidak menerus, tipis
dengan keterusan rendah sampai sedang. Debit sumur umumnya kurang dari 5
liter/detik.
Gambar 4 Peta
Hidrogeologi Lokasi Eksplorasi
2.1 Gambaran Umum Geolistrik Tahanan Jenis
Bila
arus listrik searah dialirkan melalui suatu medium maka perbandingan antara
perbedaan potensial (V) yang tejadi dengan arus (I) yang diberikan adalah tetap
dan besarnya tetapan ini tergantung dari medium tersebut. Tetapan ini disebut
tahanan (R), yang dinyatakan dalam hubungan matematis sebagai:
(Ohm)
Tahanan
jenis (ρ) dinyatakan sebagai:
ρ=R x K (Ohm
m)
Di
mana K adalah konstanta geometris (konfigurasi Wenner: K=2 x π x a).
Susunan
elektroda menurut Wenner pada prinsipnya terdiri atas 2 elektroda arus dan
potensial (gambar 5).
Gambar 5 Dua
Elektroda Arus Dan Potensial Di Permukaan Bumi
2.2 Akusisi
Data Lapangan
Panjang
lintasan dua dimensi adalah 720 meter dengan kedalaman mencapai 120 meter.
Jarak antar titik pengukuran adalah 20 meter, dengan jumlah lapisan semu
mencapai 12 lapisan. Ilustrasi akusisi data
konfigurasi dua dimensi dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 Desain
Akusisi Data Konfigurasi 2 Dimensi
2.3 Pengolahan Data
Pengolahan
data meliputi input data tahanan jenis, diolah dengan perangkat lunak RES2DINV.
Pada penelitian ini, jumlah data tahanan jenis semu yang dimasukkan adalah 145
data. Data – data tersebut diolah menggunakan perhitungan matematis, sehingga
muncul penggambaran penampang geolistrik antara data semu dan data hasil
perhitungan. Dari kedua penampang tersebut, diinversi kembali hingga menemukan
data tahanan jenis yang sebenarnya. Hasil pengolahan data dua dimensi berupa
penampang distribusi tahanan jenis di bawah permukaan.
2.4
Interpretasi Data
Data
hasil pengolahan diinterpretasikan dan dikaji berdasarkan kondisi geologi dan
hidrogeologi lokasi studi. Data geologi berguna sebagai data penunjang untuk
mengetahui kondisi regional batuan di daerah tersebut. Data hidrogeologi
berguna sebagai data penunjang untuk mengetahui lapisan pembawa air (akuifer)
di lokasi penelitian. Hasil akhir yang diharapkan adalah penampang tahanan
jenis bawah permukaaan, untuk mengetahui struktur lapisan tanah di kedalaman,
terutama lapisan pembawa air atau akuifer.
Lempungan diperkirakan
memiliki nilai tahanan jenis 1 – 5 Ohm meter, sisipan pasir halus 5 – 10 Ohm
meter serta lempung pasiran 10 – 20 Ohm meter.
Terdapat 2 titik rencana bor,
yaitu titik rencana bor 01 (49 M UTM; X 0495856; Y 9212025) terletak di pojok
kebun utara dan titik rencana bor 02 (49M UTM; X 0495824; Y 9211903) terletak
di kebun selatan tikungan.
Dari hasil penggambaran
lintasan 2D, kondisi bawah permukaan didominasi oleh lempungan, tidak ditemukan
prospek akuifer sehingga tidak direkomendasikan adanya sumur dalam.
Apabila dikaji secara vertikal (gambar penampang
lengkap pada lampiran), kondisi bawah permukaan titik rencana bor 01 dapat dilihat pada tabel berikut :
No
|
Ketinggian
(m dpl)
|
Kedalaman
(m)
|
Lapisan Batuan
|
Konfigurasi
Warna
|
1
|
37 – 4
|
0 – 33
|
Dugaan Lempungan
|
|
2
|
4 – (-13)
|
33 – 50
|
Dugaan Lempungan
|
|
3
|
(-13) – (-36)
|
50 – 73
|
Dugaan Lempungan
|
|
4
|
(-36) – (-56)
|
73 – 93
|
Dugaan Lempungan
|
|
5
|
(-56) – (-83)
|
93 - 120
|
Dugaan Lempungan
|
|
Berdasarkan
hasil interpretasi di atas, tidak
terdapat prospek akuifer di kedalaman sehingga tidak direkomendasikan adanya
sumur dalam.
Apabila dikaji secara vertikal (gambar penampang
lengkap pada lampiran), kondisi bawah permukaan titik rencana bor 02 dapat dilihat pada tabel berikut :
No
|
Ketinggian
(m dpl)
|
Kedalaman
(m)
|
Lapisan Batuan
|
Konfigurasi
Warna
|
1
|
38 – 14
|
0 – 24
|
Dugaan Lempungan
|
|
2
|
14 – (-10)
|
24 – 48
|
Dugaan Lempungan
|
|
3
|
(-10) – (-24)
|
48 – 62
|
Dugaan Lempungan
|
|
4
|
(-24) – (-50)
|
62 – 88
|
Dugaan Lempungan
|
|
5
|
(-50) – (-82)
|
88 – 120
|
Dugaan Lempungan
|
|
Berdasarkan
hasil interpretasi di atas, tidak
terdapat prospek akuifer di kedalaman sehingga tidak direkomendasikan adanya
sumur dalam.
Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, mengingat tidak adanya prospek akuifer di kedalaman, dapat digunakan
pemanfaatan air permukaan yaitu mata air, embung atau air sungai.
Dari
studi geolistrik resistivitas 2D yang telah dilakukan maka dihasilkan
kesimpulan :
1.
Lokasi eksplorasi didominasi oleh aluvium endapan rawa, terutama terdiri dari lempung dan
pasir halus.
2.
Potensi akuifer termasuk produksi sedang, penyebaran setempat dengan
keterusan rendah sampai sedang.
3.
Terdapat 2 titik rencana bor, yaitu titik rencana
bor 01 terletak di pojok kebun utara dan titik rencana bor 02 terletak di kebun
selatan tikungan.
4.
Dari hasil penggambaran lintasan 2D, kondisi bawah
permukaan didominasi oleh lempungan, tidak ditemukan prospek akuifer.
5.
Mengingat tidak adanya potensi air tanah di kedalaman yang layak untuk air
bersih, tidak direkomendasikan adanya sumur dalam.
6.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dapat digunakan pemanfaatan air
permukaan yaitu mata air, embung atau air sungai.
Lilik
Hendrajaya, 1990, Geolistrik Tahanan Jenis, Laboratorium Fisika Bumi Jurusan
Fisika FMIPA ITB, Bandung
Said & Sukrisno,
1986, Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar Semarang (Jawa), Direktorat Geologi Tata
Lingkungan, Bandung
Gambar
7 Akusisi Data Geolistrik 2D
Gambar
8 Titik Rencana Bor 01
Gambar
9 Bentangan Lintasan