Bebasnya pergaulan sex atau free sex di kabupaten
Grobogan Jawa Tengah kian memprihatinkan.Hal ini berdampak pada naiknya angaka
pasien pengidap HIV-AIDS atau Human Immuno Deficiency Virus – Acquired Immune
Deficiency Syndrome.
Dari data yang ada sejak tahun 2002 hingga April
2016 ditemukan sebanyak 758 warga yang terjangkit penyakit HIV-AIDS, angka
tersebut merupakan angka tertinggi ketiga di Jawa Tengah. Karena dari jumlah
tersebut, 109 diantaranya telah meninggal dunia. Yang lebih memprihatinkan
lagi, dari Januari – April 2016 ini, tercatat 42 warga Grobogan terjangkit
virus HIV-AIDS dan dalam kurun waktu empat bulan, tujuh orang meninggal akibat
virus ini.
Hal ini terungkap saat acara Pertemuan Evaluasi
dan Perencanaan Kegiatan Pengendalian HIV-AIDS Semester I, yang digelar di
Meeting Room Danau Resto, Jl Gajahmada, Kota Purwodadi, Kabupaten Grobogan,
Rabu (25/5)
Setiap tanggal 1 Desember 2016 diperingati
sebagai Hari AIDS Sedunia. Peringatan ini untuk menumbuhkan kesadaran terhadap
wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.
Memperingati Hari AIDS Sedunia, puluhan Anggota Forpis
( Forum palang merah remaja indonesia) Grobogan dari sejumlah PMR unit SMA/SMK dan MA di Kabupaten
Grobogan melakukan aksi bagi-bagi bunga
mawar berisi pita serta penyebaran brosur, Minggu (4/12). Kegiatan bagi-bagi
bunga ini dilakukan di Car Free Day ( CFD ) di kawasan R.Suprapto, pada pukul
06.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB
Para Anggota PMR tampak membagi-bagikan bunga dan
brosur kepada warga yang beraktifitas di acara CFD maupun kepada polisi dan
petugas Dishub yang sedang mengatur arus lalu lintas. “Kami bagi-bagi bunga dan
brosur untuk memberikan edukasi bahwa bahaya virus HIV, dan virus ini
sebenarnya bisa dicegah,” ujar Kordinator kegiatan, Lavemia, di sela-sela
kegiatan.
Lavemia mengatakan, bagi-bagi bunga dan pita juga
sebagai bentuk dari empati kepada ODA (Orang dengan HIV-AIDS) agar mereka tidak
sendirian dan masyarakat saling mendukung bahwa ODA tetap masih bisa
beraktivitas seperti yang orang lainnya. “Ini edukasi agar tidak ada stigma
negatif dan diskriminasi terhadap ODA,” ujarnya.
0 comments:
Posting Komentar