Tempat Lahir | Grobogan |
---|
Tanggal Lahir | May 15, 2003 |
---|
Menjadi relawan
Palang Merah Indonesia (PMI) sangat menyenangkan karena bisa membantu
masyarakat saat terkena musibah. Namun, untuk memberikan bantuan kemanusiaan,
diperlukan pengetahuan yang memadai melalui pendidikan dan simulasi, sehingga
relawan harus kompeten dan menjaga marwah.
Hal ini disampaikan
oleh Kharisma Rahmawati, salah satu peserta dari PMI Kabupaten Grobogan, saat
mengikuti simulasi penanganan orang hanyut di Waduk Jatibarang pada Sabtu, 28
Desember 2024.
Ia mengaku senang
karena untuk pertama kalinya mengikuti simulasi di bagian Pelayanan Pertolongan
Pertama dan Evakuasi (PPE).
“Saya bergabung di
PMI sebagai relawan baru setahun. Pada simulasi ini, saya berperan sebagai tim
pertolongan pertama dan evakuasi. Saya belajar banyak tentang tanggap darurat kebencanaan
bersama relawan dari Korwil 1 Jateng,” ungkap Kharisma Rahmawati.
“Dalam simulasi ini,
saya bertugas menangani korban hanyut yang mengalami perdarahan pada kaki kiri
dan lengan kanan, serta membantu evakuasi ibu hamil. Saya berharap para relawan
selalu menjaga marwah sebagai relawan kemanusiaan di PMI,” tambahnya.
Saat ini, PMI Kota
Semarang menjadi tuan rumah Latihan Gabungan (Latgab) Relawan PMI Koordinasi
Wilayah (Korwil) 1 Jawa Tengah yang berlangsung pada 27–29 Desember 2024.
Kegiatan ini diikuti
oleh 132 peserta dari 11 kabupaten/kota, yaitu Kota Semarang, Kabupaten
Semarang, Kota Salatiga, Kendal, Demak, Kudus, Pati, Grobogan, Rembang, Blora,
dan Jepara. Latgab berlangsung di Politeknik Bina Transfusi Darah (Polbitrada)
dan Waduk Jatibarang, Semarang.
Ketua Paguyuban
Korwil 1 PMI Jawa Tengah, Dr. dr. Awal Prasetyo, M.Kes., Sp.THT-KL, MM(ARS),
mengingatkan relawan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Ia menekankan bahwa
relawan PMI harus profesional dan memiliki keterampilan yang diperlukan.
“Niat saja tidak
cukup. Relawan harus memiliki kemampuan teknis dan menjaga stamina,” ujar Awal
Prasetyo.
Ia juga menyebutkan
bahwa relawan yang sehat dan ramah lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat yang ditolong.
Awal menambahkan, ada
dua nilai utama yang membedakan relawan PMI dengan lainnya: kesadaran untuk
melindungi kehidupan manusia dan keterampilan memberikan pertolongan pertama
yang efektif.
“Relawan PMI harus
mampu memberikan pertolongan dengan peluang hidup yang tinggi. Latgab ini
merupakan bagian dari peringatan Hari Relawan Nasional pada 26 Desember yang
diikuti ratusan relawan PMI di Waduk Jatibarang, Gunungpati, Kota Semarang,”
pungkasnya.
Sementara itu, Ketua
PMI Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Pramana, SH, MSI, mengatakan bahwa relawan
harus mampu memberikan respons cepat dalam membantu korban bencana.
“Jika malam ini atau
besok pagi diperlukan untuk mendirikan dapur umum, jangan ditunda. Administrasi
bisa diselesaikan belakangan, tetapi kebutuhan darurat harus segera ditangani,”
ungkap Sarwa.
Sarwa juga menekankan
pentingnya memastikan korban bencana mendapatkan kebutuhan dasar seperti tempat
tinggal layak dan fasilitas memadai.
“Jangan biarkan
korban, terutama anak-anak, kedinginan di tenda. Gunakan fasilitas pemerintah
yang lebih nyaman, terutama di musim hujan,” tegasnya.
PMI Jawa Tengah,
lanjutnya, memiliki tim khusus Water and Sanitation (Wash) yang siap
menyediakan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), dan air bersih bagi korban di
pengungsian.
“Kami memiliki
pelatih bersertifikat nasional yang siap menangani kebutuhan sanitasi di lokasi
bencana,” ujarnya.
Sarwa juga berharap
tidak terjadi bencana besar seperti jebolnya tanggul yang dapat memicu banjir
bandang.
“Jika hanya banjir
luapan, masyarakat masih bisa bertahan. Namun, jika tanggul jebol, evakuasi
besar-besaran harus segera dilakukan,” tambahnya.